KONSEP LABA DARI SISI PENERIMANYA
Ikhtisar Klasifikasi
Laba Bersih Menurut Pihak Penerima Laba
Tabulasi berikut mengikhtisarkan beberapa
konsep laba perusahaan perseroan yang diklasifikasi menurut pihak penerima
laba. Perhatikan bahwa konsep pertambahan nilai mensyaratkan pengakuan laba
selama produksi, karena semua nilai produk dinyatakan dalam harga jual. Konsep
lainnya lebih liberal dalam hal penerimaannya atas beberapa metode pengakuan
laba.
Konsep
laba
|
Laba
mencakup
|
Pihak
penerima laba
|
Pertambahan nilai.
|
Harga jual produk
dikurangi harga pokok barang dan jasa yang diperoleh melalui transfer.
|
Semua karyawan,
pemilik, kreditor dan pemerintah.
|
Laba bersih
perusahaan.
|
Kelebihan pendapatan
atas beban; semua keuntungan dan kerugian. Beban tidak mencakup beban bunga,
pajak penghasilan, dan pembagian laba yang sebenarnya.
|
Pemegang saham,
pemegang obligasi, dan pemerintah.
|
Laba bersih bagi
investor
|
Sama seperti laba
bersih perusahaan, tetapi sesudah dikurangi pajak penghasilan.
|
Pemegang saham dan
hutang jangka panjang.
|
Laba bersih bagi
pemegang saham
|
Laba bersih bagi
investor dikurangi beban bunga dan pembagian laba.
|
Pemegang saham (saham
preferen dan saham biasa).
|
Laba bersih bagi
pemilik ekuitas residu (residu equity holders).
|
Laba bersih bagi
pemegang saham dikurangi dividen preferen.
|
Pemegang saham biasa
yang ada dan yang potensial kecuali jika pembayaran prioritas tidak dapat
dipenuhi.
|
1.
Konsep
Laba Sebagai Pertambahan Nilai.
Secara umum, adalah mungkin memandang perusahaan
memiliki sekelompok besar pemegang hak atau pihak yang berkepentingan, yang
mencakup bukan hanya pemilik dan investor lainnya, tetapi juga karyawan dan
tuan tanah. Inilah pendekatan pertambahan nilai (value-added). Dalam istilah
ekonomi, nilai tambah adalah harga pasar keluaran perusahaan dikurangi harga
barang dan jasa yang diperoleh melalui transfer dari perusahaan lain. Jadi,
semua karyawan, pemilik, kreditor dan pemerintah (melalui perpajakan) merupakan
kelompok penerima laba perusahaan. Laba ini merupakan kue besar yang dibagi di
antara berbagai kontributor faktor masukan kepada perusahaan dalam kegiatan
produksi barang dan jasa. Bagaimana kue besar ini dibagi, biasanya tergantung
pada perjanjian kontrak tual dan tawar-menawar.
Konsep ini menjadi sangat bermanfaat jika diterapkan
pada perusahaan besar yang mempengaruhi nafkah ribuan orang dan memiliki dampak
ekonomi dan social yang sangat luas di luar kepentingan pemilik dan pemegang
saham. “Laba
pertambahan nilai meliputi upah, sewa, bunga, pajak, dividen yang dibayarkan
kepada pemegang saham, dan laba yang ditahan perusahaan”.
Pertanyaan timbul mengenai sifat laba yang ditahan menurut konsep ini. Laba
ditahan bukanlah hak para pemilik saja, tetapi juga hak semua pihak yang
berkepentingan atas pertambahan nilai perusahaan. Hanya dalam hal likuidasi,
pemegang saham biasa memiliki hak atas laba ditahan. Dalam jangka panjang, laba
yang ditahan menghasilkan pertumbuhan dalam modal perusahaan, yang dengan meningkatnya
produktivitas, akan menghasilkan arus laba yang meningkat bagi para penerima.
Jika perusahaan dianggap memiliki umur yang abadi atau takterbatas, maka
pemegang saham tidak akan pernah menerima manfaat langsung (dan hanya mereka
yang menerima) dari penahanan laba di dalam perusahaan.
2.
Laba
Bersih Perusahaan
Menurut pernyataan tahun 1957 dari American
Accounting Association,”… beban bunga, pajak penghasilan, dan pembagian laba
yang benar bukanlah determinan laba bersih perusahaan. Sebab itu kesimpulannya
adalah bahwa pos – pos tersebut merupakan distribusi laba bersih, dan bukan
pengurangan sebelum mendapatkan laba bersih. Ini berarti bahwa pemegang saham,
kreditor dan pemerintah adlah pihak penerima manfaat atas perusahaan.
Konsep laba bersih ini memiliki keunggulan ditinjau
dari segi pemisahan aspek keuangan perusahaan dari ospek operasi. Laba bersih
bagi perusahaan adalah konsep laba bersih operasi. Bunga bagi kreditor dan laba
bagi pemegang saham umumnya bersifat keuangan. Pajak penghasilan tidak bersifat
keuangan dan tidak bersifat operasi, dan dikeluarkannnya pos itu dari penghitungan laba bersih
perusahaan mengandung beberapa manfaat karena pajak bukanlah biaya masukan yang
dapat dikendalikan. Tetapi perlakuan pemerintah sebagai penerima manfaat
perusahaan sedangkan karyawan dan kelompok lainnya tidak diperlakukan demikian,
merupakan hal yang meragukan ditinjau dari sudut pandangan logis
3.
Laba
Bersih Bagi Investor
Sesuai dengan konsep perusahaan sebagai satuan
usaha, maka pemegang saham dan kreditor jangka panjang dianggap sama sebagai
investor modal
permanen. Dengan pemisahan pemilikan dan pengendalian dalam perusahaan besar,
perbedaan antara pemegang saham dan kreditor tidak lagi penting seperti
sebelumnya. Perbedaan utama timbul dalam prioritas hak atas laba dan terhadap
aktiva dalam likuidasi. Dengan penekanan pada umur yang tidak terbatas dari
kebanyakan perusahaan besar, maka hak dalam likuidasi menjadi kurang penting.
Bila kita mengamati hak atas laba secara lebih mendalam, kita temukan bahwa
perbedaan antara obligasi laba kurang terjamin haknya bila dibandingkan dengan
para pemegang saham preferen kumulatif, dan pemegang obligasi konvertibel
mungkin memperoleh hak atas laba yang tidak dibagi dengan menukarkannya menjadi
saham biasa.
Dalam konsep kesatuan usaha, laba bagi investor
meliputi bunga atas hutang, dividen bagi pemenang saham biasa dan preferen, dan
sisa laba yang tidak dibagikan. Konsep laba ini mengandung beberapa keunggulan,
yaitu :
·
Keputusan mengenai
sumber modal jangka panjang merupakan masalah keuangan ketimbang masalah
operasi. Oleh karena itu, laba bersih bagi investor secara lebih jelas
mencerminkan operasi.
·
Karena adanya perbedaan
struktur keuangan, perbandingan dikalangan perusahaan dapat dilakukan lebih
cepat berdasarkan konsep laba ini.
·
Tingkat hasil
pengembalian atas total investasi yang dihitung dari konsep laba ini
menggambarkan lebih baik efisien relative dari modal yang diinvestasikan daripada
yang digambarkan oleh tingkat hasil pengembalian bagi pemegang saham.
Dalam penghitungan laba bersih bagi investor, pajak
penghasilan diperlakukan sebagai beban. Cara ini merupakan perlakuan yang
direkomendasikan oleh APB dan diakui oleh FASB. Menurut pendapat penulis, cara
tersebut merupakan posisi yang realistik. Pemerintah bukanlah penerima manfaat
perusahaan dengan cara yang sama seperti investor. Perusahaan memang menerima
manfaat langsung dari pemerintah, walaupun proporsinya terhadap jumlah pajak
adalah tidak langsung. Hak untuk beroperasi dalam perekonomian yang aktif,
untuk mendapatkan perlindungan hokum, dan memperoleh perlindungan terhadap
tekanan dan gangguan dari pihak luar merupakan contoh beberapa manfaat yang
diperoleh. Lebih lanjut, laba sesudah pajak jauh lebih tampaknya lebih tepat
dibebankan sebagai beban lain – lainnya. Demikian juga, baik investor maupun
manajer tampaknya mengambil sebagian besar keputusan mereka berdasarkan laba
sesudah pajak.
4.
Laba
Bersih Bagi Pemegang Saham
Pandangan yang paling tradisional dan telah diakui
mengenai laba bersih adalah bahwa laba bersih merupakan hasil pengembalian
(return) bagi pemilik usaha. Walaupun akar konsep ini adalah pendekatan
pemilikan, namun banyak penulis yang menerapkannya pada pendekatan kesatuan
usaha dan menganggap laba akuntansi kesatuan usaha (entity) sebagai kewajiban
kepada pemiliknya. Dalam Statement dari FASB tersirat konsep laba bersih adalah
milik semua pemegang saham. FASB Statement of Financial Accounting Concepts No.
1 menekankan sifat prediktif dari laba yang dilaporkan. Misalnya,
dinyatakan bahwa selain untuk
mengevaluasi prestasi manajemen, laba yang dilaporkan dapat digunakan untuk
meramalkan laba yang akan datang, untuk meramalkan kemampuan perusahaan
menghasilkan laba dalam jangka panjang, atau untuk mengevaluasi risiko
investasi atau pemberian pinjaman pada perusahaan.
Konsep laba bersih bagi pemegang saham juga mendapat
dukungan dalam ilmu ekonomi. Walaupun definisi laba ekonomik berbeda dari laba
akuntansi, namun para ahli ekonomi biasanya memperlakukan laba akuntansi
secara statistis sebagai total hasil pengembalian bagi pengusaha dalam berbagai
perannya sebagai manajer, investor, spekulasi, atau pesewa. Konsep ini mungkin
diinginkan atau mungkin juga tidak, namun terbukti bahwa para pemakai laporan
akuntansi biasanya menginterpretasikan laba bersih sebagai hasil pengembalian
bagi pemegang saham.
5.
Laba
Bersih Bagi Pemilik Modal Residu
Dalam laporan
keuangan yang terutama disajikan untuk pemegang saham dan investor, laba bersih
yang tersedia untuk didistribusikan kepada para pemegang saham biasa umumnya
dianggap sebagai angka tunggal yang paling penting dalam laporan. Laba bersih
per lembar saham biasa dan dividen per lembar saham adalah angka yang paling
umum dikutip dalam berita keuangan, bersama-sama dengan harga pasar per lembar
saham. Oleh karena itu, terdapat dukungan pragmatik untuk menyajikan laporan
yang dengan cepat dapat menunjukkan laba bersih kepada pemilik ekuitas residu.
Dalam perusahaan yang menguntungkan dengan umur
takterbatas, para pemilik modal residu terdiri dari pemegang saham biasa atau
investor yang dapat menjadi pemegang saham biasa melalui konversi atau
penggunaan hak lainnya. Tetapi selalu terdapat kemungkinan bahwa melalui
reorganisasi, atau karena ketidakmampuan membayar klaim preferen, salah sau
dari kelompok investor lainnya yaitu pemegang saham preferen atau pemegang
obligasi dapat menjadi pemilik ekuitas residu. Oleh karena itu, prioritas dalam
hak atas laba merupakan hal yang penting bagi semua kelompok. Laba bersih
residu menunjukkan tingkat keamanan hak prioritas dan juga menunjukkan jumlah
yang tersedia untuk didistribusikan kepada pemegang hak residu.
Para pemegang saham biasa dan para calon pembeli
saham biasa umumnya tertarik pada arus dividen di masa yang akan datang.
Biasanya, hanya sebagian dari laba bersih residu didistribusikan sebagai
dividen, tetapi pengetahuan mengenai laba bersih yang tersedia dan kebijakan
keuangan perusahaan dapat memberikan informasi yang berguna bagi pemegang saham
biasa dalam mengevaluasi perusahaan dan dalam meramalkan total jumlah
distribusi dividen tahunan di masa yang akan datang. Akan tetapi, dalam rangka
meramalkan jumlah dividen yang akan diterima di masa yang akan datang, investor
juga harus meramalkan jumlah saham yang beredar dalam setiap periode. Bila
terdapat saham senior atau surat berharga hutang yang dapat ditukarkan ke dalam
saham biasa atau opsi saham, hak beli saham atau persetujuan untuk penjualan
saham biasa dengan harga yang lebih rendah dari harga pasarnya, maka akan
timbul penurunan laba per lembar saham dan dividen per lembar saham. APB Opinion No. 15 mengakui penurunan
(dilution) potensial ini dan menyarankan untuk menyajikan tambahan perhitungan
pro forma atas laba per lembar saham, yang menunjukkan besarnya laba per saham
seandainya dilakukan konversi atau opsi digunakan. Penghitungan laba per lembar
saham bila potensial ada, dibahas secara lebih mendalam dalam Bab .
Jadi, walaupun mungkin memandang laba bersih
berjalan sebagai hasil pengembalian bagi pemegang saham, namun pemilik ekuitas
residu potensial harus dipertimbangkan dalam meramalkan laba dan dividen per
lembar saham yang akan datang. Lebih lanjut, jika laba bersih berjalan tidak
dibagikan kepada para pemegang saham, maka jumlah yang ditambahkan ke laba yang
ditahan dapat dibagi serta oleh para calon pemegang saham biasa ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar