Jumat, 09 Mei 2014

KONSEP LABA DARI SISI PENERIMANYA


 

KONSEP LABA DARI SISI PENERIMANYA

Ikhtisar Klasifikasi Laba Bersih Menurut Pihak Penerima Laba
      Tabulasi berikut mengikhtisarkan beberapa konsep laba perusahaan perseroan yang diklasifikasi menurut pihak penerima laba. Perhatikan bahwa konsep pertambahan nilai mensyaratkan pengakuan laba selama produksi, karena semua nilai produk dinyatakan dalam harga jual. Konsep lainnya lebih liberal dalam hal penerimaannya atas beberapa metode pengakuan laba.
Konsep laba
Laba mencakup
Pihak penerima laba
Pertambahan nilai.
Harga jual produk dikurangi harga pokok barang dan jasa yang diperoleh melalui transfer.
Semua karyawan, pemilik, kreditor dan pemerintah.
Laba bersih perusahaan.
Kelebihan pendapatan atas beban; semua keuntungan dan kerugian. Beban tidak mencakup beban bunga, pajak penghasilan, dan pembagian laba yang sebenarnya.
Pemegang saham, pemegang obligasi, dan pemerintah.
Laba bersih bagi investor
Sama seperti laba bersih perusahaan, tetapi sesudah dikurangi pajak penghasilan.
Pemegang saham dan hutang jangka panjang.
Laba bersih bagi pemegang saham
Laba bersih bagi investor dikurangi beban bunga dan pembagian laba.
Pemegang saham (saham preferen dan saham biasa).
Laba bersih bagi pemilik ekuitas residu (residu equity holders).
Laba bersih bagi pemegang saham dikurangi dividen preferen.
Pemegang saham biasa yang ada dan yang potensial kecuali jika pembayaran prioritas tidak dapat dipenuhi.

1.     Konsep Laba Sebagai Pertambahan Nilai.
Secara umum, adalah mungkin memandang perusahaan memiliki sekelompok besar pemegang hak atau pihak yang berkepentingan, yang mencakup bukan hanya pemilik dan investor lainnya, tetapi juga karyawan dan tuan tanah. Inilah pendekatan pertambahan nilai (value-added). Dalam istilah ekonomi, nilai tambah adalah harga pasar keluaran perusahaan dikurangi harga barang dan jasa yang diperoleh melalui transfer dari perusahaan lain. Jadi, semua karyawan, pemilik, kreditor dan pemerintah (melalui perpajakan) merupakan kelompok penerima laba perusahaan. Laba ini merupakan kue besar yang dibagi di antara berbagai kontributor faktor masukan kepada perusahaan dalam kegiatan produksi barang dan jasa. Bagaimana kue besar ini dibagi, biasanya tergantung pada perjanjian kontrak tual dan tawar-menawar.
Konsep ini menjadi sangat bermanfaat jika diterapkan pada perusahaan besar yang mempengaruhi nafkah ribuan orang dan memiliki dampak ekonomi dan social yang sangat luas di luar kepentingan pemilik dan pemegang saham. Laba pertambahan nilai meliputi upah, sewa, bunga, pajak, dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham, dan laba yang ditahan perusahaan. Pertanyaan timbul mengenai sifat laba yang ditahan menurut konsep ini. Laba ditahan bukanlah hak para pemilik saja, tetapi juga hak semua pihak yang berkepentingan atas pertambahan nilai perusahaan. Hanya dalam hal likuidasi, pemegang saham biasa memiliki hak atas laba ditahan. Dalam jangka panjang, laba yang ditahan menghasilkan pertumbuhan dalam modal perusahaan, yang dengan meningkatnya produktivitas, akan menghasilkan arus laba yang meningkat bagi para penerima. Jika perusahaan dianggap memiliki umur yang abadi atau takterbatas, maka pemegang saham tidak akan pernah menerima manfaat langsung (dan hanya mereka yang menerima) dari penahanan laba di dalam perusahaan.


2.     Laba Bersih Perusahaan
Menurut pernyataan tahun 1957 dari American Accounting Association,”… beban bunga, pajak penghasilan, dan pembagian laba yang benar bukanlah determinan laba bersih perusahaan. Sebab itu kesimpulannya adalah bahwa pos – pos tersebut merupakan distribusi laba bersih, dan bukan pengurangan sebelum mendapatkan laba bersih. Ini berarti bahwa pemegang saham, kreditor dan pemerintah adlah pihak penerima manfaat atas perusahaan.
Konsep laba bersih ini memiliki keunggulan ditinjau dari segi pemisahan aspek keuangan perusahaan dari ospek operasi. Laba bersih bagi perusahaan adalah konsep laba bersih operasi. Bunga bagi kreditor dan laba bagi pemegang saham umumnya bersifat keuangan. Pajak penghasilan tidak bersifat keuangan dan tidak bersifat operasi, dan dikeluarkannnya pos itu dari penghitungan laba bersih perusahaan mengandung beberapa manfaat karena pajak bukanlah biaya masukan yang dapat dikendalikan. Tetapi perlakuan pemerintah sebagai penerima manfaat perusahaan sedangkan karyawan dan kelompok lainnya tidak diperlakukan demikian, merupakan hal yang meragukan ditinjau dari sudut pandangan logis
3.     Laba Bersih Bagi Investor
Sesuai dengan konsep perusahaan sebagai satuan usaha, maka pemegang saham dan kreditor jangka panjang dianggap sama sebagai investor modal permanen. Dengan pemisahan pemilikan dan pengendalian dalam perusahaan besar, perbedaan antara pemegang saham dan kreditor tidak lagi penting seperti sebelumnya. Perbedaan utama timbul dalam prioritas hak atas laba dan terhadap aktiva dalam likuidasi. Dengan penekanan pada umur yang tidak terbatas dari kebanyakan perusahaan besar, maka hak dalam likuidasi menjadi kurang penting. Bila kita mengamati hak atas laba secara lebih mendalam, kita temukan bahwa perbedaan antara obligasi laba kurang terjamin haknya bila dibandingkan dengan para pemegang saham preferen kumulatif, dan pemegang obligasi konvertibel mungkin memperoleh hak atas laba yang tidak dibagi dengan menukarkannya menjadi saham biasa.
Dalam konsep kesatuan usaha, laba bagi investor meliputi bunga atas hutang, dividen bagi pemenang saham biasa dan preferen, dan sisa laba yang tidak dibagikan. Konsep laba ini mengandung beberapa keunggulan, yaitu :
·       Keputusan mengenai sumber modal jangka panjang merupakan masalah keuangan ketimbang masalah operasi. Oleh karena itu, laba bersih bagi investor secara lebih jelas mencerminkan operasi.
·       Karena adanya perbedaan struktur keuangan, perbandingan dikalangan perusahaan dapat dilakukan lebih cepat berdasarkan konsep laba ini.
·       Tingkat hasil pengembalian atas total investasi yang dihitung dari konsep laba ini menggambarkan lebih baik efisien relative dari modal yang diinvestasikan daripada yang digambarkan oleh tingkat hasil pengembalian bagi pemegang saham.
Dalam penghitungan laba bersih bagi investor, pajak penghasilan diperlakukan sebagai beban. Cara ini merupakan perlakuan yang direkomendasikan oleh APB dan diakui oleh FASB. Menurut pendapat penulis, cara tersebut merupakan posisi yang realistik. Pemerintah bukanlah penerima manfaat perusahaan dengan cara yang sama seperti investor. Perusahaan memang menerima manfaat langsung dari pemerintah, walaupun proporsinya terhadap jumlah pajak adalah tidak langsung. Hak untuk beroperasi dalam perekonomian yang aktif, untuk mendapatkan perlindungan hokum, dan memperoleh perlindungan terhadap tekanan dan gangguan dari pihak luar merupakan contoh beberapa manfaat yang diperoleh. Lebih lanjut, laba sesudah pajak jauh lebih tampaknya lebih tepat dibebankan sebagai beban lain – lainnya. Demikian juga, baik investor maupun manajer tampaknya mengambil sebagian besar keputusan mereka berdasarkan laba sesudah pajak.
4.     Laba Bersih Bagi Pemegang Saham
Pandangan yang paling tradisional dan telah diakui mengenai laba bersih adalah bahwa laba bersih merupakan hasil pengembalian (return) bagi pemilik usaha. Walaupun akar konsep ini adalah pendekatan pemilikan, namun banyak penulis yang menerapkannya pada pendekatan kesatuan usaha dan menganggap laba akuntansi kesatuan usaha (entity) sebagai kewajiban kepada pemiliknya. Dalam Statement dari FASB tersirat konsep laba bersih adalah milik semua pemegang saham. FASB Statement of Financial Accounting Concepts No. 1 menekankan sifat prediktif dari laba yang dilaporkan. Misalnya, dinyatakan  bahwa selain untuk mengevaluasi prestasi manajemen, laba yang dilaporkan dapat digunakan untuk meramalkan laba yang akan datang, untuk meramalkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dalam jangka panjang, atau untuk mengevaluasi risiko investasi atau pemberian pinjaman pada perusahaan.
Konsep laba bersih bagi pemegang saham juga mendapat dukungan dalam ilmu ekonomi. Walaupun definisi laba ekonomik berbeda dari laba akuntansi, namun para ahli ekonomi biasanya memperlakukan laba akuntansi secara statistis sebagai total hasil pengembalian bagi pengusaha dalam berbagai perannya sebagai manajer, investor, spekulasi, atau pesewa. Konsep ini mungkin diinginkan atau mungkin juga tidak, namun terbukti bahwa para pemakai laporan akuntansi biasanya menginterpretasikan laba bersih sebagai hasil pengembalian bagi pemegang saham.
5.     Laba Bersih Bagi Pemilik Modal Residu
 Dalam laporan keuangan yang terutama disajikan untuk pemegang saham dan investor, laba bersih yang tersedia untuk didistribusikan kepada para pemegang saham biasa umumnya dianggap sebagai angka tunggal yang paling penting dalam laporan. Laba bersih per lembar saham biasa dan dividen per lembar saham adalah angka yang paling umum dikutip dalam berita keuangan, bersama-sama dengan harga pasar per lembar saham. Oleh karena itu, terdapat dukungan pragmatik untuk menyajikan laporan yang dengan cepat dapat menunjukkan laba bersih kepada pemilik ekuitas residu.
Dalam perusahaan yang menguntungkan dengan umur takterbatas, para pemilik modal residu terdiri dari pemegang saham biasa atau investor yang dapat menjadi pemegang saham biasa melalui konversi atau penggunaan hak lainnya. Tetapi selalu terdapat kemungkinan bahwa melalui reorganisasi, atau karena ketidakmampuan membayar klaim preferen, salah sau dari kelompok investor lainnya yaitu pemegang saham preferen atau pemegang obligasi dapat menjadi pemilik ekuitas residu. Oleh karena itu, prioritas dalam hak atas laba merupakan hal yang penting bagi semua kelompok. Laba bersih residu menunjukkan tingkat keamanan hak prioritas dan juga menunjukkan jumlah yang tersedia untuk didistribusikan kepada pemegang hak residu.
Para pemegang saham biasa dan para calon pembeli saham biasa umumnya tertarik pada arus dividen di masa yang akan datang. Biasanya, hanya sebagian dari laba bersih residu didistribusikan sebagai dividen, tetapi pengetahuan mengenai laba bersih yang tersedia dan kebijakan keuangan perusahaan dapat memberikan informasi yang berguna bagi pemegang saham biasa dalam mengevaluasi perusahaan dan dalam meramalkan total jumlah distribusi dividen tahunan di masa yang akan datang. Akan tetapi, dalam rangka meramalkan jumlah dividen yang akan diterima di masa yang akan datang, investor juga harus meramalkan jumlah saham yang beredar dalam setiap periode. Bila terdapat saham senior atau surat berharga hutang yang dapat ditukarkan ke dalam saham biasa atau opsi saham, hak beli saham atau persetujuan untuk penjualan saham biasa dengan harga yang lebih rendah dari harga pasarnya, maka akan timbul penurunan laba per lembar saham dan dividen per lembar saham. APB Opinion No. 15 mengakui penurunan (dilution) potensial ini dan menyarankan untuk menyajikan tambahan perhitungan pro forma atas laba per lembar saham, yang menunjukkan besarnya laba per saham seandainya dilakukan konversi atau opsi digunakan. Penghitungan laba per lembar saham bila potensial ada, dibahas secara lebih mendalam dalam Bab .
Jadi, walaupun mungkin memandang laba bersih berjalan sebagai hasil pengembalian bagi pemegang saham, namun pemilik ekuitas residu potensial harus dipertimbangkan dalam meramalkan laba dan dividen per lembar saham yang akan datang. Lebih lanjut, jika laba bersih berjalan tidak dibagikan kepada para pemegang saham, maka jumlah yang ditambahkan ke laba yang ditahan dapat dibagi serta oleh para calon pemegang saham biasa ini.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar